Darahku juga Darahmu
Hari ini adalah hari
terakhir Ujian Semester I. Sedikit lagi Inas selesai mengerjakan soal mata
pelajaran Agama. Lima menit kemudian ia keluar ruagan dan ternyata di luar
sudah banyak teman-temannya yang berbeda ruangan sedang mengobrol dan
membicarakan soal Agama tadi yang agak sedikit susah.
“Hey Nas, pie mau? Isoh
rak?” Sapa Citra ketika melihat Inas keluar ruangan tes.
“Hahaha, nggak tau lah
saya” Jawab Inas singkat.
“Coy, hangout yuk. GM juga gapapa” Kata Nia
memotong pembicaraan antara Inas dan Citra.
“Ayo!” Anak-anak seganknya mendadak kompak menjawab.
“Eh tapi aku ada rapat
ROIS, gimana ya?” Inas sedikit menyesal karena absen hangout bersama teman-temannya.
“Liat tuh, ketua
ROIS-nya saja udah di parkiran gitu.” Kata Rosa sambil menunjuk arah parkiran.
“Yasudah, capcuss”
****
Mereka berlima murid
SMK Bina Bangsa yaitu Inas, Rosa, Nia, Citra, dan Willy telah berada di Studio
21. Rencananya cuma mau lihat jadwal film
dan berkeliling GM, maklum kantong pelajar. Dan ternyata di dekat studio 21 ada
acara donor darah massal. Inas tertarik sekali dengan acara itu. Ia pun
meninggalkan teman-temannya yang sedang asyik melihat jadwal film. “Lumayan lah, selain amal kita juga sehat” kata Inas dalam hati.
"Permisi, mbak mau
tanya kalo umur 16 tahun sudah boleh donor belum ya?" tanya Inas pada mbak
yang jaga di stan.
“Maaf dek, belum boleh”
kata mbaknya sopan.
Karena penasaran Inas
mencoba mendatangi seorang Ibu petugas yag sedang menganggur.
“Permisi Bu.”
“Iya, kenapa dek?”
"Bu, kalau kaya
gini yang diambil nanti yang mana? Masalahnya nggak kelihatan" kata Inas
sambil menunjuk lengannya.
Si ibu langsung meraba
lengan Inas dan mengambil sphygnomanometer.
"Lah, yang ini lhoh dek. Ini kelihatan banget,
3 besar-besar."
''Oh, tapi kadang kalau diambil itu nggak bisa
keluar bu suka meleset" kata Inas.
"Ya paling itu terlalu ke dalam dek dan
bla. . bla . . bla . . "
Mereka mengobrol banyak
banget disitu. Mulai dari vena, sekolah, pengalaman kerja si Ibu dan mereka
malah ngobrolin hematology.
Seolah-olah Inas sedang konsultasi dengan Ibu. Karena asyiknya mengobrol sama
si Ibu, Inas sampai lupa menanyakan nama si Ibu itu.
"Ibu namanya
siapa? Dari tadi ngobrol tapi nggak tau namanya"
"Saya Ibu Yanti
dek"
“Kalu umur 16 tahun sudah
boleh donor belum?”
“Umur 16 setengah boleh
donor kok. Tapi harus ditimbang berat badannya dulu ya”
Setelah menimbang berat
badannya yang ternyata telah memenuhi syarat donor darah, maka Inas mengisi
formulir yang isinya banyak banget. Setelah megantre lama Inas kemudian
dipanggil.
"Adek gugup
ya?" Dokter muda itu membuka pembicaraan dengan Inas.
"Iya dok,deg-deg'an"
Jawab Inas singkat.
"Tenang saja, ngga
sakit kok"
"Ayo dek sini. Tiduran dulu" Kata
Dokter muda itu sambil Ia menyiapkan kantung darah dan peralatan yang
digunakan.
“aaaaaaaaaaaaaaaaa”
Inas berteriak karena merasa kesakitan
“Sudah dek, ngga sakit
kan ?”
Inas keluar ruangan dan
disambut Ibu Yanti yang memberikan snack kecil sebagai tanda terima kasih dan
menyematkan pita merah di lengan Inas. “Ibu
Yanti memang baik banget”
****
“Eh, Inas mana ya? Kok tiba-tiba ngilang gitu?” kata
Nia yang mulai menyadari ketidakberadaan Inas.
“Loh bukannya tadi ngobrol sama kamu ya ?” Citra
mulai kaget karena Inas tidak ada bersama mereka.
“Yasudah, ayo cari Dia, paling ngga jauh dari sini”
“Lihat itu kan Inas”
Inas menghampiri teman-temannya yang mulai khawatir
dengan dirinya karena Ia tidak pamit.
“Maaf ya, aku tadi abis donor darah dan aku lupa
ngasi tau kalian” kata Inas dengan nada meminta maaf.
“Yasudah, pulang aja yuk” ajak Nia yang khawatir
dengan keadaan Inas yang nampaknya kesakitan.
****
.
Yuliana Kartikasari
XII IPS 1/28
.
0 coment:
Posting Komentar